5 Januari 2013

8 gedung pertama di Bandung

Mengawali tulisan pertama di tahun 2013 ini, penulis ingin bercerita tentang 8 gedung pertama di kota Bandung. Gedung yang dimaksud adalah bangunan yang berdinding batu (tembok), mungkin pada saat itu pengetahuan tentang kontruksi bangunan belum berkembang jadinya hanya beberapa saja yang telah ada.

Berdasarkan peta kota Bandung tahun 1825, Plan der Nagorij Bandong atau Rencana Tata Kota disebutkan delapan bangunan yang telah berdinding batu alias permanen (tembok) adalah :  

  1. Rumah Bupati Bandung. Rumah ini sekarang sudah tidak ada, berganti jadi rumah dinas walikota Bandung yang di kompleks Pendopo itu. Pendoponya sendiri adalah bale, bangunan bertiang tanpa dinding, yang didirikan oleh RAA Wiranatakusuma II. Letak kompleks ini persis di sisi sebelah selatan Alun-alun Bandung.
  2. Administratur Perkebunan Kopi di Bandung alias rumahnya Andries de Wilde. Lokasinya pada peta berseberangan dengan koffiepakhuis yang sekarang jadi Kantor Walikota, kepisah oleh Jl. Aceh. Andries de Wilde adalah tuan tanah pertama di daerah Priangan. Gedung kopi (sekarang Balaikota) atau Gedong Papak yang sekarang kita kenal sebagai kantor Pemerintah Kota Bandung (Balai Kota) adalah milik de Wilde. De Wilde adalah juga dokter pribadi dan pembantu utama Daendels, dia sempat ditempatkan sebagai Asisten Residen yang berkedudukan di Bandung. Pada masa Daendels ia sudah menjadi koffieopziener (pengawas penanaman kopi) dan memiliki tanah luas di sekitar Bogor-Sukabumi. Tanah ini lalu ditukarnya dengan satu kawasan luas di utara Bandung (dari Cimahi-Cibeusi, dan dari Tangkubanparahu-Grootepostweg) yang dipakainya untuk menanam kopi dan beternak sapi. De Wilde membangun rumah berseberangan dengan gudang kopi miliknya di sekitar Jl. Aceh sekarang. Ia juga kemudian menulis buku De Preanger Regentschappen op Java Gelegen, yang diterbitkan pada tahun 1830 serta menyusun Kamus Belanda-Melayu-Sunda. Perjalanan hidup de Wilde ternyata tidak mulus. Masa Gubernur Jenderal Van der Capellen kepemilikan tanahnya dibatalkan Pemerintah Hindia Belanda. Dalam keadaan bangkrut ia pulang ke Negeri Belanda untuk mengadu kepada raja Willem.
  3. Tumenggung Bandung, Tumenggung itu adalah gelar kehormatan bagi bupati. Dahulu lokasi  rumahnya Tumenggung ini adalah yang sekarang jadi lokasi Gedung Keuangan di Jl. Asia Afrika.
  4. Rumah Patih. Rumah Patih ini sudah tidak ada. Lokasinya di Jl. Kepatihan sekarang, Patih juga adalah pembantu (asisten) bupati. Seorang patih biasanya masih berkerabat dengan bupati. Tugasnya membantu bupati sebagai koordinator para bawahan bupati yang berkedudukan di ibukota kabupaten. Tugas lainnya lebih bersifat pribadi, kira-kira seperti sekretaris pribadinya bupati.
  5. Tangsi Tentara, lokasinya di Jl. Cibadak tapi sayang tidak tahu persisnya dimana.
  6. Mesjid Agung Bandung. Lokasinya masih persis sama dengan lokasi masjid Raya Agung yang sekarang.
  7. "herberg" (penginapan). Herberg atau Pesanggrahan yang lokasinya kira-kira di belakang Hotel Preanger sekarang. Herberg ini biasanya menjadi tempat menginap para traveller yang melintasi Grootepostweg di Bandung. Di dekatnya juga terdapat istal kuda seperti yang terdapat di utara Alun-alun. Pada sisi selatan Herberg ini kemudian dibangun Toko Thiem di pertengahan abad ke 19 dan menjadi cikal-bakal berdirinya Hotel Preanger.
  8. Rumah Pelukis Belgia A.A.J. Payen di Tengah Kota Bandung. Rumah ini bergaya arsitektur Indische Empire Stijln dan ada di sebelah barat Viaduct Kebon Jukut. Sayangnya kita tidak bisa lagi melihat bangunan ini. Rumah pelukis ini dirobohkan pada tahun 1980-an karena terkena proyek pelebaran Jalan Suniaraja dan Stasiun Timur.


Sumber :
  • Buku Wajah Bandoeng Tempoe Doeloe, Haryoto Kunto
  • Tulisan Ridwan Hutagalung dari komunitas Aleut!