20 Oktober 2014

Sejarah Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung

Pada 1921 enam biarawati yakni Suster Gaudentia Brand, Judith de Laat, Ludolpha de Groot, Ambrosine dan Liobaa menempuh perjalanan sejauh 12.000 km dari Belanda menuju Bandung. Mereka datang setelah misionaris Katolik di Jawa mengeluhkan minimnya fasilitas dan pelayanan kesehatan yang ada di tanah jajahan Belanda. Keenam biarawati yang tergabung dalam Suster-suster Cinta Kasih Santo Borromeus itu pun diutus kongregansinya untuk datang ke Hindia Belanda dengan membawa misi meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Bangunan lama R.S. Borromeus (Sumber : sepanjangjk.wordpress.com)
Dalam menjalankan tugasnya, keenam biarawati tersebut menempati sebuah bangunan bekas Poliklinik Insulinde di Dagoweg (Jl. Ir H Djuanda). Meskipun bekas poliklinik ketika pertama kali ditempati, bangunan milik dr Merz itu sudah kosong melompong, nyaris tidak ada peralatan medis dan perabot lainnya. Namun kondisi tersebut tak menggoyahkan semangat para biarawati untuk mengabdi di bidang kesehatan masyarakat. Kegiatan sosial yang mereka rintis akhirnya berhasil hingga menjadi salah satu rumah sakit terbesar di Bandung, Rumah Sakit Santo Borromeus.

Selang satu bulan setelah kedatangan enam biarawati, RS Borromeus mulai dibuka untuk umum pada 18 September 1921 dan tanggal tersebut kemudian dijadikan sebagai hari jadi RS Borromeus. Rumah sakit tersebut berada dibawah yayasan Santo Borromeus yang diketuai oleh dr De Groot. Selama empat tahun berjalan RS Borromeus hanya memiliki 17 tempat tidur pasien hingga akhirnya pada tahun 1925 pembangunan serta pengadaan sarana rumah sakit mulai dilakukan, diantaranya ruang jenazah, binatu, serta rontgen.

Sejak saat itu pembangunan terus berjalan. Pada tahun 1927, diresmikan gedung rawat inap Josef I, II, dan III. Sepuluh tahun kemudian ruang rawat inap kembali ditambah dan diberi nama Ruang Anna dan Maria sehingga kapasitas tepat tidur pasien meningkat menjadi 90. Selang satu tahun, didirikan biara dan asrama perawat pada tahun 1941, ruang rawat inap bagi anak-anak juga diresmikan. Ketika perang dunia kedua pecah, pembangunan RS Borromeus terhenti dan baru empat puluh tahun kemudian rumah sakit kembali diteruskan dengan perluasan dan peningkatan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien.

Tidak diketahui secara pasti apakah keenam biarawati dari Belanda tersebut tetap di Bandung, atau lama mengabdi di RS Borromeus. Akan tetapi tiga biarawati yaitu Suster Gaudentia, Judith dan Ludolphamasih terlacak jejaknya. Mereka tercatat bertandang ke Yogyakarta pada Januari 1929, tetapi ketiganya tidak datang dari Bandung melainkan dari Belanda. Jadi kemungkinan para suster tersebut pulang daulu ke Belanda sebelum datang lagi ke Hindia, tepatnya di Yogyakarta. Kala itu, Yogyakarta sedang membangun rumah sakit dibawah yayasan Onder de Bogen. Pengurus Gereja Yogyakarta lalu meminta bantuan kepada kongres Suster Santo Borromeus yang berpusat di Maastricht, Belanda untuk mengelola rumah sakit yang kelak diberi nama RS Panti Rapih. Kemudian datanglah lima biarawati dan tiga diantaranya adalah perintis berdirinya RS Borromeus Bandung.

Saat ini Rumah Sakit Borromeus yang berada di Jalan Ir H. Djuanda no. 100 Bandung, telah berkembang pesat dengan kapasitas tampung hingga 400 pasien rawat inap dengan fasilitas peralatan medis yang modern. Walaupun demikian, bangunan lama tetap dipertahankan sebagai ikon dan ciri khas rumah sakit.


Sumber : Pikiran Rakyat
Foto : https://sepanjangjk.wordpress.com

13 Oktober 2014

Semakin dekat dengan pelanggan

Suara Sirine meraung-raung mencoba memecah kemacetan pada siang itu, dengan kecepatan penuh mobil pemadam kebakaran bergegas pergi ke lokasi kebakaran di suatu pemukiman di Bandung. Kebakaran yang terjadi pada siang hari tersebut menghanguskan belasan rumah dan menimbulkan kerugian yang besar bagi pemiliknya. Walaupun belum diketahui penyebab sebenarnya kebakaran tersebut, biasanya pihak berwenang langsung berasumsi bahwa arus pendek listrik menjadi penyebabnya. Korslet Listrik selalu dijadikan penyebab utama dalam kebakaran, padahal kita tahu faktor manusia justru lebih dominan dalam suatu musibah.

Ilustrasi kebakaran (sumber : bandung.bisnis.com )

Banyaknya kasus kebakaran yang disebabkan oleh arus pendek sebenarnya bisa membuat pihak PLN lebih perhatian dengan masalah ini, menurut hemat penulis salah satu solusinya adalah PLN membuat peralatan listrik yang sesuai dengan spesifikasi dan standar keamanan atau PLN berkerja sama dengan perusahaan nasional untuk dijadikan mitra dalam memproduksi peralatan listrik yang disesuaikan dengan standar SNI dan PLN. Karena banyak dikalangan masyarakat dalam proses instalasi listrik, mereka membeli komponen listrik berdasarkan harga yang murah tanpa memperdulikan spesifikasi apakah sesuai dengan kapasitasnya atau tidak. Dalam penggunannya pun mereka tidak memperdulikan keamanan atau beban listrik terhadap komponen tersebut, yang penting ringkas dan bisa dipakai. Oleh karena itu, PLN bisa memberikan pilihan tepat kepada masyarakat tentang komponen atau peralatan listrik yang sudah disesuaikan dengan standar SNI dan spesifikasi dari PLN sehingga alat tersebut dipastikan aman untuk digunakan.

Pemukiman padat di Cihampelas Bandung (dok. Pribadi)

Selain hal tersebut di atas, edukasi terhadap para pelanggannya sangat dibutuhkan karena pengetahuan masyarakat terhadap instalasi dan penggunaan listrik sangat kurang, PLN harus lebih sering mengadakan penyuluhan yang ditambah dengan hiburan agar bisa menyedot perhatian masyarakat sehingga tujuan utama memberikan pengetahuan tentang listrik bisa sesuai harapan dan tepat sasaran. Penyuluhan sebaiknya dilakukan di tempat-tempat yang padat serta rentan terhadap bahaya kebakaran seperti di pasar-pasar atau perumahan yang padat penduduk. Selain itu bisa PLN bisa memberikan bantuan kepada masyarakat yang kurang mampu dengan memberikan jasa pemasangan instalasi listrik secara gratis sekaligus percontohan tentang penggunaan komponen yang sesuai dengan standar SNI dan spesifikasi. Hal tersebut tidak saja menambah pengetahuan terhadap listrik tetapi juga mempererat jalinan emosional dan kerjasama antara PLN dengan pelanggannya. 

Sebagai penutup, penulis mengucapkan terima kasih kepada blogdetik yang secara konsisten mengadakan lomba penulisan blog yang berkerja sama dengan pihak lain, sehingga para blogger bisa terus mengasah kemampuan dalam menulis dan memperbaharui konten blognya. Dan tentu saja kepada pihak PLN yang selama ini menerangi dan membuat dunia lebih berwarna karena tanpa listrik, tulisan ini tak mungkin ada dan perkembangan peradaban dan teknologi di Indonesia mungkin akan terus dalam kegelapan. Akhir kata selamat ulang tahun Perusahaan Listrik Negara yang ke 69 semoga terus berjaya dan menerangi semua pelosok Indonesia.



4 Oktober 2014

Toko jamu Babah Kuya

Berbicara mengenai sejarah perekonomin di Kota Bandung tak akan lepas dari peran Pecinan atau kampung Cina yang berada di sekitar Pasar Baru. Semenjak awal 1900-an didaerah ini mulai bermunculan toko dan pedagang-pedagang yang nantinya akan mendorong perkembangan pasar baru sebagai pusat pasar tradisional. Salah satunya adalah Toko jamu Babah Kuya.

Toko Jamu Babah Kuya (Sumber :Exploresunda.com )

Berdiri sejak 1800-an toko yang menyediakan ratusan rempah dan jamu hingga kini mampu bertahan melawan arus modernisasi. Ditengah kepungan ragam obat farmasi dalam maupun luar negeri, toko ini tetap setia menyediakan beraneka ragam herba secara komplet. Ada herba yang tergolong langka dan hampir punah, ada juga yang merupakan penemuan baru. Contohnya adalah daun kikolot, daun murbai, jamur kayu, red papua, kulabet, antehai, cabai jawa, sambiloto, jahe merah. Sebagian besar bahan rempah dan herba ini dijual sudah dalam keadaan kering atau digiling

Begitu memasuki toko, aroma rempah-rempah sudah menggelitik dan menyergap hidung. Puluhan tong dan toples ukuran besar berisi rempah menghiasi toko. Pengunjung yang kebingungan memilih jenis jamu yang cocok pun tak perlu kwatir. Sang pemilik, Iwan Setiadi dan para pegawainya siap memberikan konsultasi agar pengunjung bisa mendapatkan obat yang sesuai, lengkap dengan cara penyajiannya. Jadi jika anda bingung tentang obat bagi penyakit yang diderita, tinggal tanya dan konsultasi saja.

Toko jamu Babah Kuya terletak di jalan Pasar Selatan no. 33 Pasar Kota Bandung. Sebagai referensi dalam meracik obat tradisional, sang pemilik mengumpulkan berbagai buku referensi  mengenai rempah-rempah mulai dari Belanda, Korea, hingga ke negeri Cina. Oleh karena itu semua jamu yang dijajakan di toko ini sudah tercantum dalam buku referensi yang menerangkan khasiatnya. Aktifitas jual-beli rempah terlihat ramai dengan pelanggan yang kadang mengantre untuk memesan jamu. Pelangganya pun tidak saja dari dalam negeri, bahkan sampai luar negeri seperti Belanda dan keturunan Cina.

Hingga kini, Toko Jamu Babah Kuya sudah beralih dalam empat generasi. Tahun 1910 toko ini didirikan Tan Sioe How di jalan Pasar Barat. Namun, referensi lainnya menyebutkan bahwa kemungkinan toko ini sudah berdiri lebih awal yaitu 1800-an. Tan bersama dengan keluarga Achsan merupakan peritis usaha perdagangan dikawasan ini.


Sumber : Pikiran Rakyat.

30 September 2014

Taman Film Bandung

Walikota Bandung Ridwan Kamil sangat nyaah terhadap warganya, setelah membuat berbagai taman dengan tema tertentu kini warga Bandung akan bertambah kebahagiaannya dengan diresmikannya Taman Film pada minggu 14 Setember 2014. Walau sudah hampir dua minggu dibuka, penulis baru berkesempatan mengunjunginya pada saat perayaan ulang tahun Bandung sabtu lalu.

Suasana Taman Film di malam hari

Penulis datang pada malam hari jadi kurang jelas mengamati kondisi sekeliling taman tersebut, tapi berdasarkan pencarian di Google taman film mempunyai desain seperti bentuk sawah berteras lengkap dengan aluran airnya. Tempat duduk terdiri dari 7 tingkat yang mempunyai ukuran dan lingkaran yang berbeda. Dengan total luas 1.100 meter persegi, kapasitas Taman ini dapat menampung hingga 250 orang sekaligus. Terdapat sebuah layar besar megatron berukuran 4 x 8 meter.

Taman Film yang terletak di kolong Jembatan Pasteur-Surapati (Pasupati), Jalan Kebon Bibit, Kota Bandung ini memutarkan film dari jam pagi hingga menjelang tengah malam. Saat penulis kesana banyak pengunjung yang sedang menikmati film bersama teman, keluarga atau pasangannya, sedangkan di bagian bawah yang terdapat rumput sintetis banyak anak-anak yang bermain sambil berlari-lari nampaknya mereka merupakan warga sekitar taman.

Taman Film menjadi salah satu tempat baru favorit untuk menghabiskan waktu sambil menonton film yang mungkin dulu terlewat untuk disaksikan di bioskop.

25 September 2014

Selamat ulang tahun ke 204 Bandung

Tak terasa kota yang telah di tinggali penulis kini sudah bertambah usianya menjadi 204 tahun, banyak kenangan dan cerita tersimpan di ibu kota provinsi Jawa Barat ini. Bandung, kota yang dahulu dijuluki Parisj van Java kini mulai berbenah di tangan walikota Ridwan Kamil. Banyak program-program yang diluncurkan untuk bisa menata kembali suasana kota agar nyaman dan layak disebut sebagai Paris nya pulau Jawa.





Sayang semua program dan keinginan walikota untuk membenahi kota Bandung kadang tidak didukung oleh warganya sendiri, banyak program yang hanya ramai pada saat peluncurannya saja tetapi selang beberapa bulan kemudian hilang tak berbekas dan tidak dilanjutan. Harapan penulis sebagai warga tentu berharap seluruh pihak bisa saling gotong royong membenahi kota tercinta ini agar bisa nyaman dan tentram untuk ditinggali.

Selamat ulang tahun Bandung . . .

22 September 2014

Sentra jins Cihampelas

Salah satu sentra jins yang masih bertahan di Kota Bandung berada di jalan Cihampelas. Sebelumnya sentra jins ada juga dijalan Abdulrahman Saleh, jalan Pajajaran dan jalan Thamim. Tumbuhnya kawasan Cihampelas sepanjang 140 meter ke arah jembatan Cikapayang sebagai sentra jins dimulai pada 1987. Saat itu, seorang pengusaha mencoba mendirikan toko jins dan mendapat respon yang baik kemudian diikuti oleh sejumlah pengusaha lainnya.


Kawasan Cihampelas

Kawasan ini dulu diperuntukkan sebagai pemukiman orang Eropa di Bandung. Nama Cihampelas sendiri berasal dari kata ci yang berarti air dan Hampelas dari pohon yang tumbuh disisi sungai, dengan daun kasar laiknya kertas gosok ampelas.

Pada 1933, kolonial Belanda membuka Textiel Inrichtieng Bandoeng atau Institut Teknologi Tekstil yang kemudian membuat kota ini menjadi kota produk tekstil. Pada tahun 1980-an saat pemakaian produk jins di dunia berkembang, Bandung ikut memperkenalkannya dan mampu  produk sendiri. Bahkan kini merek jins Kota Bandung seperti Cardinal mampu memenuhi ekspor untuk pasar Amerika, Eropa, Timur Tengah dan Afrika.

Rumah-rumah gaya Belanda di kawasan Cihampelas lalu berganti menjadi deretan toko-toko yang memajang produk jins. Namun saat ini peran sentra jins mulai bergeser menjadi pusat fashion secara umum. Hal ini ditandai dengan munculnya factory outlet dan toko pakaian lain dengan merk dalam maupun luar negeri. Bahkan pada tahun 2004 muncul mal Cihampelas Walk (Ciwalk).

Perkembangan jalan Cihampelas sebagai pusat fashion memang bertahan tetapi sebagai sentra jins tidak lagi seramai dulu. Kalau dulu hampir semua toko menajajakn produk jins, kini selain factory outlet, toko kaus, tas, cendera mata, toko oleh-oleh, restoran, hotel, kafe dan berbagai kantor layanan jasa.Keadaan jalan Cihampelas semakin tidak tertata dimana banyak pedagang kaki lima banyak memanfaatkan trotoar untuk berjualan dan terbatasnya lahan parkir membuat kawasan ini sering terjadi macet terutama pada hari libur. Salah satu ciri khas kawasan sentra jins ini adalah patung-patung raksasa yang menghiasi bagian depan toko yang disesuaikan dengan nama toko tersebut. Pemilik toko menampilkan tokoh-tokoh super hero dari komik, film dan keunikan desain lain untuk membuat perbedaan dan menarik konsumen.Jins Cihampelas boleh dikatakan hasil karya anak bangsa, karena lebih banyak menjual jins dengan merk lokal seperti merk Korek api, Cardinal atau turunan jins yaitu Denim. Soal kualitas dan harga berdaing dengan produk dari luar negeri, selain toko dikawasan ini tersedia jasa pemotogan atau permak jins. Salin murah, proses pemotongan bisa ditunggu 1 sampai 2 jam dan kita bisa berjalan-jalan terlebih dahulu menikmati jalan Cihampelas sambil menunggu pengerjaannya. Ada juga toko yang menawarkan jasa penjahitan jins berdasarkan keinginan konsumen.

Sumber foto : adikrose.blogspot.com
Pikiran rakyat

14 Agustus 2014

Bentuk uang baru NKRI

Bertepatan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2014 nanti, Bank Indonesia berencana mengeluarkan uang rupiah baru dengan nama uang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sebagai awalan, Bank Indonesia (BI) menerbitkan uang NKRI dalam pecahan Rp 100.000. Dibandingkan dengan yang beredar sekarang, tidak banyak perubahan.

Hal yang berbeda dalam uang NKRI pecahan Rp 100.000 ini adalah adanya frase 'Negara Kesatuan Republik Indonesia'. Lalu ada tanda tangan menteri keuangan.

Demikian disarikan dari bahan sosialisasi uang NKRI yang dilakukan oleh BI, Kamis (14/8/2014).

Uang NKRI akan beredar mulai 17 Agustus dan bisa langsung didapatkan oleh masyarakat melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

Berikut ini tampilan uang NKRI tersebut

Uang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)   

Sumber :  http://finance.detik.com

2 Juli 2014

Mengenal sejarah kawasan Punclut

Sejak tahun 1990-an kawasan Punclut telah menjadi salah satu tempat berolahraga bagi warga Bandung. Setiap sabtu dan minggu pagi, jalan selebar empat meter tersebut disesaki oleh orang-orang yang berjalan kaki, bersepeda atau berlari. Ada juga pasar dadakan ditepian jalan, menjadikannya pusat keramaian di wilayah utara Bandung.

Nama Punclut diperkirakan merupakan kependekan dari Puncak Ciumbuleuit Utara. Hal ini berdasarkan pada lokasi nya yang berada di ujung jalan Ciumbuleuit yang berjarak 7 km dari pusat kota. Topografinya berbukit dan berada pada ketinggian 850 - 1000 m dpl. Tak hanya dari Ciumbuleuit, Punclut juga dapat diakses dari Lembang dan Dago bahkan kini pengunjungnya datang dari luar Bandung.

Selain tempat berolahraga, Punclut dikenal sebagai kawasan kuliner dan agrowisata. Potensi ini lalu menjadikan pemerintah setempat berinisiatif melakukan pelebaran dan pengaspalan jalan pada tahun 2011 untuk mempermudah akses masuknya kendaraan. Tiga tahun terakhir makin banyak tempat makan atau cafe bermunculan. Pada hari-hari biasa, pengunjung lebih senang makan di saung lesehan dan menikmati pemandangan kota Bandung dari ketinggian. Terlihat pegunungan Malabar, Patuha dan Waringin di bagian selatan Bandung.

Pada jaman penjajahan Belanda, Punclut adalah kawasan erfpacht yaitu lahan milik negara yang disewakan pada pengusaha perkebunan. Kemudian pada 1961, melalui surat Menteri Agraria, pemerintah memberikan hak milik tanah tersebut kepada 948 pejuang kemerdekaan sebagai bentuk perhatian negara. Lahan yang semula akan dijadikan pemukiman justru dimanfaatkan warga sebagai tanah garapan pertanian karena pemerintah tidak memiliki anggaran untuk membangun prasarana pendukung perumahan.

Tahun 1982, Gubernur Jawa Barat Aang Kunaefi melalui surat keputusannya melarang pembangunan dikawasan Punclut karena merupakan wilayah inti Bandung Raya bagian utara yang berfungsi sebagai resapan air. Akhirnya pada tahun 1997, Menteri Agraria kembali mengambil alih hak milik lahan Punclut. Tahun 2001 muncul rencana bahwa kawasan ini akan dijadikan area konservasi dan kawasan wisata terpadu yang tetap mempertahankan potensi ekologisnya. Akan tetapi, rencana tersebut mengundang pro dan kontra sehingga tidak jadi dilakukan. Punclut sempat dikabarkan diburu pengembang untuk dibangun perumahan, hotel dan bangunan komersil lainnya.

Melalui Perda Kota Bandung nomor 2 tahun 2004 tentang tata ruang kota, sebenarnya pemerintah Kota Bandung telah menetapkan Punclut sebagai kawasan hutan lindung. Namun setahun kemudian justru pembangunan makin marak. Kini Punclut tidak sesejuk dulu, banyak lahan terbuka dan bangunan yang berjejer sepanjang jalan, kondisi tersebut tentu tidak mencerminkan statusnya sebagai paru-paru kota.

Lokasi : Kelurahan Ciumbuleuit, kecamatan Cidadap Kota Bandung
Luas lahan : + 286 ha
Titik keramaian : Mulai RSAU Salamun sampai Lembang

sumber : Pikiran Rakyat

26 Juni 2014

Mengenal fitur baru android 5 kode nama L

Android 5 kode L
Dalam acara Google I/O, raksasa internet sekaligus pembesut sistem operasi Android, Google akan menghadirkan android versi terbaru yaitu Android 5 dengan kode nama 'L'. Versi teranyar sistem operasi paling populer sejagat raya ini akan menghadirkan beragam inovasi baru dan canggih. Berikut ini fitur-fitur baru yang ada pada android 5, yaitu :

Wajah Baru Bernama Material

Hal yang langsung kentara saat melihat Android L adalah tampilan antarmuka yang sedikit berbeda dengan KitKat. Penuh warna dan Google menyebutnya sebagai desain Material.

Tampilannya dibuat lebih berwarna agar mudah dikenali, namun mengusung desain flat yang sederhana. Sedikit sentuhan animasi juga membuat tampilan Android terbaru ini lebih enak dilihat. Intinya perubahan ini dibuat agar pengunna Android lebih nyaman saat memakainya.

Efek Bayangan

Google juga memasukkan efek bayangan pada antarmuka Android 5.0. Efek ini dipercaya bisa menimbulkan kesan hidup dari daftar aplikasi yang ditampilkan pada layar.

Tombol Navigasi Gaya Baru

Jika diperhatikan bentuk tombol navigasi pada Android L berbeda. Memang masih ada tiga fungsi, back, home dan recent app. Tapi tampilan ketiganya tak lagi sama.

Segitiga untuk back, lingkaran untuk home dan kotak untuk daftar aplikasi yang baru dibuka.

Desain Seragam

Ke depannya tampilan Android akan dibuat sama, di ponsel, tablet, atau bahkan komputer. Google sengaja merancang desain seperti ini agar sinkronisasi lintas platform jadi lebih gampang.

Hal serupa sebenarnya sudah dilakukan Apple dan Microsoft jauh-jauh hari, di mana kedua raksasa software itu memadukan desain yang mirip walau beda platform.

Gmail yang Segar

Perubahan tampilan Android tidak hanya terlihat di bagian luar, beberapa aplikasi pun ikut kena permak Google.

Gmail pada Android L berbeda dengan sebelumnya. Selain lebih banyak warna, penampilan avatar pada aplikasi tersebut juga dilihat berbeda.

Notifikasi yang Selalu Muncul

Untuk melihat notifikasi pada KitKat pengguna harus menarik layar dari atas ke bawah. Pada Android L hal itu ternyat tidak perlu dilakukan.

Notifikasi akan muncul setiap saat di atas layar. Entah itu ketika pengguna sedang berada di home screen, atau saat sedang membuka aplikasi lain.

Hal ini dibuat Google agar setiap notifikasi tidak terlewatkan oleh pengguna. Namun bukan tidak mungkin, perubahan ini malah dianggap mengurangi kenyamanan pengguna Android.

3D Multitasking

Hal kecil yang ditanamkan Google pada Android L adalah menu multitasking. Fungsi ini memang masih menampilkan 'recent apps' tapi dengan visual yang berbeda.

Jika dulu hanya dalam bentuk 2D, kini bentuknya dibumbui efek 3D. Kurang lebih tampilannya mirip dengan multi tab pada browser Chrome di Android.

Dukungan 64 Bit

Seperti yang sudah diduga sebelumnya, Android L akan mendukung perintah berbasis 64 bit. Hal ini seakan menjawab Qualcomm yang juga sudah menyiapkan chip Snapdragon 808 dan 810 dengan dukungan 64 bit untuk Android.

Dukungan 64 bit pada Android dinilai akan memberikan beberapa keuntungan. Selain dari segi jumlah RAM yang bisa diperbesar, eksekusi aplikasi juga dipercaya akan lebih cepat.

Selain perubahan di atas Android L juga membawa beberapa perubahan tak terlihat. Misalnya, dukungan terhadap tesselation, geometry shaders, computer shaders dan ASTC texture compression untuk digunakan pada GPU kelas atas.

Belum lagi dukung untuk USB audio, Bluetooth 4.1, Android Auto yang mirip Apple CarPlay, Android TV, dan mendukung otentifikasi melalui jam tangan pintar Android

Dikutip dari Mashable, Kamis (26/6/2014), Android L baru akan dilempar ke para pengembang sampai dijanjikan mencapai versi finalnya pada akhir tahun. Sambil menunggu juga apakah 'L' untuk Lollipop, Lemonade atau yang lainnnya. Semoga Android versi terbaru ini makin canggih dan bermanfaat bagi penggunanya.

sumber : inet.detik.com

20 Juni 2014

Sentra industri rajutan Binongjati

Bandung dikenal sebagai salah satu kota fashion dan penghasil produk baju berkualitas. Disaat banyak kegiatan ekonomi terkapar saat terjadi krisis moneter pada tahun 1998, Sentra Industri Rajutan Binongjati justru berkembang. Hal tersebut disebabkan banyaknya PHK dan banyaknya penduduk yang beralih usahanya ke rajutan.

Sentra rajutan Binongjati
Sejak tahun 1960-an, penduduk Binongjati sudah akrab dengan rajutan. Para ibu kerap mengisi waktu luang dengan merajut tatkala menunggu suamibpulang bekerja. Banyak diantaranya juga menerima makloon dari para pengusaha rajutan skala kecil yang berada di sekitar perempatan Binong. Kala itu, peralatan yang digunakan masih sederhana. Berat mesin rajut hanya 1 kg dengan panjang 60 cm dan itupun pinjaman dari pemilik modal. Tahun 1984, para pengrajin mulai membuka usaha sendiri dengan membeli mesin rajut beserta bahan baku.

Hingga tahun 2012 jumlah pengrajin mencapai 300 orang. Mesin yang digunakan semakin modern diantaranya mesin rajut jenis gauge dan mesin linking. Setiap hari pengusaha Binongjati memproduksi lima lusin rajutan dengan rata-rata penjualan Rp. 250.000/lusin. Sedangkan kapasitas produksi secara keseluruhan mencapai 18000 rajutan/hari. Kebanyakan produk yang dihasilkan meliputi kaos, pakaian wanita, sweater dan topi.

Sentra Industri Rajutan Binongjati terletak sekitar 600 meter dari Trans Studio Mall (TSM) Bandung. Penandanya gapura sederhana berarna biru yang dibangun warga tahun 2003, kawasan tersebut seperti permukiman pada umumnya.

Meski kawasan ini sudah di resmikan sebagai sentra industri sejak 2007 namun para pengrajin kerap mengeluhkan infrastruktur yang kurang memadai. Akses masuk dari jalan Gatot Subroto maupun jalan Ibrahim Adjie ( Kiaracondong) dinilai terlalu sempit sehingga menyulitkan rombongan pengunjung yang biasanya menggunakan bus untuk masuk ke lokasi. Selain itu pengrajin tidak banyak yang membuka toko sehingga Sentra industri rajutan Binongjati kurang menarik sebagai kawasan belanja.

Pemerintah Kota Bandung dan para pengrajin harus bersinergi untuk bisa memajukan salah satu potensi industri potensial ini, jangan sampai kawasan tersebut mati dan membuat penduduknya kehilangan mata pencaharian.

Jalur angkutan kota (angkot) yang melewati : Abdul Muis - Cicaheum, dan Elang - Cicadas ( via Binong)

18 Juni 2014

Sentra sepatu Cibaduyut

Sepasang patung sepatu setinggi 1,5 meter menjadi penanda gerbang memasuki kawasan industri sepatu Cibaduyut, Bandung. Sejak puluhan tahun lalu, Cibaduyut sudah dianggap sebagai sebuah "merek" untuk aneka produk alas kaki asal Bandung. Popularitasnya sudah mencakup wilayah nusantara bahkan diluar negeri seperti Malaysia dan Singapura.

Patung sepatu sebagai gerbang menuju Cibaduyut

Meski hanya ada disepanjang jalan dengan nama sama, Cibaduyut sebenarnya terdiri dari empat kelurahan yang semuanya berada di kecamatan Bojongloa Kidul. Keempat daerah tersebut adalah kelurahan Kebonlega, Cibaduyut, Cibaduyut Wetan, Cibaduyut Kidul.

Menurut keterangan beberapa tokoh masyarakat yang menekuni bisnis alas kaki ini, kawasan Cibaduyut mulai berkembang sebagai sentra industri sejak tahun 1920. Berdasarkan data yang dihimpun oleh UPTD Cibaduyut, diketahui bahwa sebelum penjajah Jepang datang ternyata sudah ada 89 pengrajin dikawasan ini. Setelah Indonesia merdeka mereka berkembang hingga mencapai 250 unit usaha dan dikenal sebagai sentra industri dan penjualan alas kaki.

Pada tahun 1978, pemerintah pusat membangun sebuah pusat layanan fasilitas pembinaan yang sekarang dikenal dengan nama UPTD Instalasi Pengembangan Industri Kecil Menengah Persepatuan Kota Bandung.

Namun saat memasuki millenium baru jumlah pengrajin mulai berkurang, penyebabnya ialah kenaikan harga bahan baku, bahan penunjang, bahan bakar dan peralatan memicu tak stabilnya keberadaan usaha. Selain itu masuknya produk dari Cina menambah persaingan, dan kesulitan mencari tenaga kerja menjadi pemicu lainnya.

Walaupun demikian sentra alas kaki Cibaduyut tetap berdenyut dan masih menjadi salah satu tujuan belanja bagi warga yang mencari sepatu atau sandal yang berkualitas dengan harga murah.

Sentra Cibaduyut dilalui oleh dua angkutan kota (angkot) jurusan Cibaduyut - Leuwipanjang (05) dan Karang setra - Cibaduyut (warna kuning)

sumber : koran Pikiran Rakyat

16 Juni 2014

Paku anti gelandangan

Seperti biasanya tiap hari browsing internet untuk mengetahui info atau trend terbaru di indonesia maupun luar negeri. Penulis terhenti perhatiannya disatu foto yang cukup menarik, dimana pelataran sebuah pertokoan di London dipasangi spike (semacam paku) dengan tujuan agar pelataran tersebut tidak menjadi tempat tidur/tinggal gelandangan.

Paku anti gelandangan
Langkah tersebut ternyata mengundang kontroversi bagi aktivis kemanusiaan dan HAM karena dengan dipasangnya paku, para tunawisma tidak dapat lagi tidur atau beristirahat di pelataran toko yang bagi mereka merupakan salah satu tempat aman untuk tinggal. Tidak hanya dipasang dihalaman toko saja, di beberapa negara paku tersebut dipasang di bangku taman, kolong jembatan dan tempat-tempat yang berpotensi ditinggali para tunawisma. Namun hal itu tidak berlangsung lama, protes dari masyarakat dengan bantuan media sosial tentunya berhasil menarik perhatian pejabat setempat untuk melarang pemasangan paku anti tunawisma tersebut.


Mulai hari ini paku-paku tersebut mulai diangkat dari tempatnya, tentu hal ini menjadi berita gembira bagi para tunawisma disana. Membandingkan situasi tersebut dengan kondisi di Indonesia tentu menjadi hal seru, karena kondisi di negara kita para gelandangan bisa dikatakan lebih beruntung dan sejahtera dibandingkan mereka di luar negeri sana. Para tunawisma disini mereka menjadikan gelandangan/pengemis menjadi sebuah profesi dimana penghasilannya bisa mengalahkan kerja buruh bahkan kantoran. Di kampungnya bahkan mereka terkenal sebagai juragan tanah, juragan kontrakan atau orang kaya, jauh dari kesan miskin.

Memang terasa sedih ketika menyaksikan para tunawisma bergeletakan tidur di pelataran toko atau bawah jembatan hanya beralaskan kardus atau berselimut koran. Hal tersebut tentu menjadi pelajaran berharga, supaya kita untuk selalu bersyukur atas karunia Tuhan yang telah diberikan selama ini.

sumber foto: google


13 Juni 2014

Mengenal EMS fitnes, teknologi baru dunia fitnes

Iseng-iseng lagi browsing instagram, dan lihat update dari account penyanyi Raisa sedang fitnes di sebuah fitnes center dengan tangan dan badannya ditempeli alat yang biasa digunakan pada tes medis seorang pemain sepakbola. menimbulkan pertanyaan dalam hati, alat apa yang dipakai penyanyi cantik tersebut dan kegunaannya buat apa ?

EMS merupakan kependekan dari electrical muscle stimulators, yaitu teknologi yang mengalirkan energi listrik dengan tujuan menstimulasi otot agar lebih kencang, kuat dan terbentuk lebih sempurna.

EMS fitness

Teknologi EMS awalnya digunakan untuk terapi pemulihan pada pasien pasca stroke, pasca cedera, setelah operasi dan untuk terapi sakit punggung serta masalah pada persendian. "Dalam fisioterapi memang alat ini sudah digunakan. Sudah lama dipakai," tutur ahli kesehatan olahraga Michael Triangto, Sp.KO.

Dalam perkembangannya, EMS dimodifikasi lagi untuk keperluan kecantikan. Teknologi ini kemudian digunakan sebagai penghilang selulit atau penghancur lemak yang biasa ada di pusat-pusat kecantikan dan pelangsingan tubuh. Baru beberapa tahun belakangan, EMS dikembangkan lagi menjadi alat fitnes.

"Ini perkembangan dari alat untuk terapi orang yang habis operasi, syarafnya mati, tulang bermasalah. Lalu teknologi EMS ini disempurnakan lagi untuk alat gym. Nama alatnya Mihabodytec," jelas Bambang Reguna Bukit dari Kreadoaum, distributor alat berteknologi EMS ini di Indonesia.

Perangkat EMS terdiri dari bodysuit berwarna hitam, vest, strap untuk bokong, lengan dan betis serta alat pengatur intensitas latihan. Seberapa intens latihan yang perlu dilakukan, bisa diatur tingkat resistensinya mulai dari level satu hingga yang paling tinggi 99. Begitu terhubung ke tubuh dan alat dinyalakan, akan tercipta aliran elektro yang langsung terfokus pada otot tubuh.

Alat ini akan memberi sensasi berat dan berdenyut pada tubuh dan menstimulasi otot-otot untuk berkontraksi. Efeknya sama seperti ketika mengangkat dumbbell dengan variasi berat yang berbeda-beda. Mulai dari dumbbell yang paling ringan hingga paling berat.

Penggunaan EMS untuk alat fitnes pertama kali populer di Jerman, tepatnya 3,5 tahun yang lalu. Dalam kurun waktu tersebut, telah ada sekitar 300 studio fitnes yang menggunakan teknologi EMS sebagai alternatif olah tubuh.

Durasi yang relatif cepat dengan hasil maksimal, membuat popularitas EMS cepat menanjak. Hal ini karena Jerman dikenal dengan masyarakatnya yang selalu sibuk dan aktivitas yang serba cepat sehingga efektivitas waktu adalah hal yang utama, termasuk saat berolahraga.

Di Indonesia sendiri, gym yang menyediakan latihan dengan metode EMS ini baru ada satu, yaitu 20 Fit milik penyanyi Andien. Studio fitnes ini menawarkan latihan intensitas tinggi menggunakan alat Mihabodytec. Setiap sesi latihan hanya memakan waktu 20 menit, yang hasilnya sama dengan 2 jam olahraga di gym konvensional.

Teknologi kini mempermudah kita untuk hidup sehat dan memangkas waktu untuk membentuk tubuh agar proporsional.

sumber : wolipop.detik.com

20 Maret 2014

Warga Bandung sayang banjir

Kota Bandung yang memiliki slogan Bandung juara kini harus menghadapi realita ketika musim hujan tiba, dimana hampir di setiap ruas jalan mengalami banjir "cileuncang" bahkan air bah yang keluar dari selokan akibat tidak mampu menampung banyaknya air. Banyak warga kota menyindir slogan "Bandung Juara" menjadi Bandung juara banjir, lalu apakah dengan hanya mencela dan mengeluh banjir akan teratasi ???

Kang Emil selaku Walikota Bandung tentu orang yang paling banyak disorot untuk bisa mengatasi masalah ini, sebagai pimpinan puncak dipemerintahan beliau dituntut untuk memerintahkan jajarannya bertindak sigap dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang bisa mengatasi masalah banjir secepatnya. Namun masalah ini tidak bisa dibebankan kepada pemkot Bandung sepenuhnya, partisipasi warga juga sangat menentukan pemkot untuk bisa mengatasinya. Sampah-sampah yang berserakan di jalanan paska hujan tentu tidak di buang oleh pemerintah bahkan oleh walikota tetapi oleh masyarat yang tinggal di daerah tersebut. gorong-gorong yang seharusnya menjadi jalan air tersumbat karena sampah, sehingga air meluap ke jalan yang mengakibatkan banjir cileuncang bahkan air bah. 

Banjir mengakibatkan rusaknya infrastruktur seperti jalan yang berlubang atau aspal yang mengelupas dan terhambatnya jalur lalu lintas. Bahkan kerugian lebih besar di terima warga yang daerahnya tergenang oleh banjir. Sudah saatnya warga peduli lingkungannya dan mulai aktif berpartisipasi untuk membuang sampah pada tempatnya dan langkah lainnya yang sudah pasti diketahui namun dalam prakteknya tidak pernah dilakukan.

Jangan arogan ketika kita diingatkan tentang sampah, kebiasaan yang paling buruk ialah membuang sampah ke selokan atau sungai dan membuang sampah banyak ketika terjadi banjir (bahkan ada yang membuang kasur atau lemari ketika hujan deras ... edan etah mah)

Bantu pemerintah dan walikota dengan ikut berpartisipasi, minimal dengan tidak menambah masalah yang sudah ada. Jangan sudah terjadi bencana, ramai-ramai saling menyalahkan.  Ari lain ku warga na sorangan rek ku saha deui ...