30 September 2014

Taman Film Bandung

Walikota Bandung Ridwan Kamil sangat nyaah terhadap warganya, setelah membuat berbagai taman dengan tema tertentu kini warga Bandung akan bertambah kebahagiaannya dengan diresmikannya Taman Film pada minggu 14 Setember 2014. Walau sudah hampir dua minggu dibuka, penulis baru berkesempatan mengunjunginya pada saat perayaan ulang tahun Bandung sabtu lalu.

Suasana Taman Film di malam hari

Penulis datang pada malam hari jadi kurang jelas mengamati kondisi sekeliling taman tersebut, tapi berdasarkan pencarian di Google taman film mempunyai desain seperti bentuk sawah berteras lengkap dengan aluran airnya. Tempat duduk terdiri dari 7 tingkat yang mempunyai ukuran dan lingkaran yang berbeda. Dengan total luas 1.100 meter persegi, kapasitas Taman ini dapat menampung hingga 250 orang sekaligus. Terdapat sebuah layar besar megatron berukuran 4 x 8 meter.

Taman Film yang terletak di kolong Jembatan Pasteur-Surapati (Pasupati), Jalan Kebon Bibit, Kota Bandung ini memutarkan film dari jam pagi hingga menjelang tengah malam. Saat penulis kesana banyak pengunjung yang sedang menikmati film bersama teman, keluarga atau pasangannya, sedangkan di bagian bawah yang terdapat rumput sintetis banyak anak-anak yang bermain sambil berlari-lari nampaknya mereka merupakan warga sekitar taman.

Taman Film menjadi salah satu tempat baru favorit untuk menghabiskan waktu sambil menonton film yang mungkin dulu terlewat untuk disaksikan di bioskop.

25 September 2014

Selamat ulang tahun ke 204 Bandung

Tak terasa kota yang telah di tinggali penulis kini sudah bertambah usianya menjadi 204 tahun, banyak kenangan dan cerita tersimpan di ibu kota provinsi Jawa Barat ini. Bandung, kota yang dahulu dijuluki Parisj van Java kini mulai berbenah di tangan walikota Ridwan Kamil. Banyak program-program yang diluncurkan untuk bisa menata kembali suasana kota agar nyaman dan layak disebut sebagai Paris nya pulau Jawa.





Sayang semua program dan keinginan walikota untuk membenahi kota Bandung kadang tidak didukung oleh warganya sendiri, banyak program yang hanya ramai pada saat peluncurannya saja tetapi selang beberapa bulan kemudian hilang tak berbekas dan tidak dilanjutan. Harapan penulis sebagai warga tentu berharap seluruh pihak bisa saling gotong royong membenahi kota tercinta ini agar bisa nyaman dan tentram untuk ditinggali.

Selamat ulang tahun Bandung . . .

22 September 2014

Sentra jins Cihampelas

Salah satu sentra jins yang masih bertahan di Kota Bandung berada di jalan Cihampelas. Sebelumnya sentra jins ada juga dijalan Abdulrahman Saleh, jalan Pajajaran dan jalan Thamim. Tumbuhnya kawasan Cihampelas sepanjang 140 meter ke arah jembatan Cikapayang sebagai sentra jins dimulai pada 1987. Saat itu, seorang pengusaha mencoba mendirikan toko jins dan mendapat respon yang baik kemudian diikuti oleh sejumlah pengusaha lainnya.


Kawasan Cihampelas

Kawasan ini dulu diperuntukkan sebagai pemukiman orang Eropa di Bandung. Nama Cihampelas sendiri berasal dari kata ci yang berarti air dan Hampelas dari pohon yang tumbuh disisi sungai, dengan daun kasar laiknya kertas gosok ampelas.

Pada 1933, kolonial Belanda membuka Textiel Inrichtieng Bandoeng atau Institut Teknologi Tekstil yang kemudian membuat kota ini menjadi kota produk tekstil. Pada tahun 1980-an saat pemakaian produk jins di dunia berkembang, Bandung ikut memperkenalkannya dan mampu  produk sendiri. Bahkan kini merek jins Kota Bandung seperti Cardinal mampu memenuhi ekspor untuk pasar Amerika, Eropa, Timur Tengah dan Afrika.

Rumah-rumah gaya Belanda di kawasan Cihampelas lalu berganti menjadi deretan toko-toko yang memajang produk jins. Namun saat ini peran sentra jins mulai bergeser menjadi pusat fashion secara umum. Hal ini ditandai dengan munculnya factory outlet dan toko pakaian lain dengan merk dalam maupun luar negeri. Bahkan pada tahun 2004 muncul mal Cihampelas Walk (Ciwalk).

Perkembangan jalan Cihampelas sebagai pusat fashion memang bertahan tetapi sebagai sentra jins tidak lagi seramai dulu. Kalau dulu hampir semua toko menajajakn produk jins, kini selain factory outlet, toko kaus, tas, cendera mata, toko oleh-oleh, restoran, hotel, kafe dan berbagai kantor layanan jasa.Keadaan jalan Cihampelas semakin tidak tertata dimana banyak pedagang kaki lima banyak memanfaatkan trotoar untuk berjualan dan terbatasnya lahan parkir membuat kawasan ini sering terjadi macet terutama pada hari libur. Salah satu ciri khas kawasan sentra jins ini adalah patung-patung raksasa yang menghiasi bagian depan toko yang disesuaikan dengan nama toko tersebut. Pemilik toko menampilkan tokoh-tokoh super hero dari komik, film dan keunikan desain lain untuk membuat perbedaan dan menarik konsumen.Jins Cihampelas boleh dikatakan hasil karya anak bangsa, karena lebih banyak menjual jins dengan merk lokal seperti merk Korek api, Cardinal atau turunan jins yaitu Denim. Soal kualitas dan harga berdaing dengan produk dari luar negeri, selain toko dikawasan ini tersedia jasa pemotogan atau permak jins. Salin murah, proses pemotongan bisa ditunggu 1 sampai 2 jam dan kita bisa berjalan-jalan terlebih dahulu menikmati jalan Cihampelas sambil menunggu pengerjaannya. Ada juga toko yang menawarkan jasa penjahitan jins berdasarkan keinginan konsumen.

Sumber foto : adikrose.blogspot.com
Pikiran rakyat