Toko Jamu Babah Kuya (Sumber :Exploresunda.com ) |
Berdiri sejak 1800-an toko yang menyediakan ratusan rempah dan jamu hingga kini mampu bertahan melawan arus modernisasi. Ditengah kepungan ragam obat farmasi dalam maupun luar negeri, toko ini tetap setia menyediakan beraneka ragam herba secara komplet. Ada herba yang tergolong langka dan hampir punah, ada juga yang merupakan penemuan baru. Contohnya adalah daun kikolot, daun murbai, jamur kayu, red papua, kulabet, antehai, cabai jawa, sambiloto, jahe merah. Sebagian besar bahan rempah dan herba ini dijual sudah dalam keadaan kering atau digiling
Begitu memasuki toko, aroma rempah-rempah sudah menggelitik dan menyergap hidung. Puluhan tong dan toples ukuran besar berisi rempah menghiasi toko. Pengunjung yang kebingungan memilih jenis jamu yang cocok pun tak perlu kwatir. Sang pemilik, Iwan Setiadi dan para pegawainya siap memberikan konsultasi agar pengunjung bisa mendapatkan obat yang sesuai, lengkap dengan cara penyajiannya. Jadi jika anda bingung tentang obat bagi penyakit yang diderita, tinggal tanya dan konsultasi saja.
Toko jamu Babah Kuya terletak di jalan Pasar Selatan no. 33 Pasar Kota Bandung. Sebagai referensi dalam meracik obat tradisional, sang pemilik mengumpulkan berbagai buku referensi mengenai rempah-rempah mulai dari Belanda, Korea, hingga ke negeri Cina. Oleh karena itu semua jamu yang dijajakan di toko ini sudah tercantum dalam buku referensi yang menerangkan khasiatnya. Aktifitas jual-beli rempah terlihat ramai dengan pelanggan yang kadang mengantre untuk memesan jamu. Pelangganya pun tidak saja dari dalam negeri, bahkan sampai luar negeri seperti Belanda dan keturunan Cina.
Hingga kini, Toko Jamu Babah Kuya sudah beralih dalam empat generasi. Tahun 1910 toko ini didirikan Tan Sioe How di jalan Pasar Barat. Namun, referensi lainnya menyebutkan bahwa kemungkinan toko ini sudah berdiri lebih awal yaitu 1800-an. Tan bersama dengan keluarga Achsan merupakan peritis usaha perdagangan dikawasan ini.
Sumber : Pikiran Rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar