Kantor Pusat PT. Kereta Api Indonesia |
Sejak kantor pusat kereta api ini berpindah ke Bandung, bangunan yang digunakan tidak banyak berubah, hanya status pengelolaan saja yang berganti. Seperti pada masa paska kemerdekaan, pegawai kereta api yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih kekuasaan perusahaan ini dari pendudukan Jepang. Tepatnya terjadi pada 28 September 1945. PEngambilalihan kekuasaan ini menghasilkan pembentukan Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) sebagai wujud menasionalisaiskan seluruh perusahaan yang berbau kolonial atau Jepang. DKARI yang nantinya menjadi PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) ini masih menggunakan bangunan yang sama sebagai kantor pusatnya.
Bangunan tersebut masih kokoh dan berdiri tegak sampai sekarang. Terutama bangunan bagian tengah kawasan kantor pusat, bangunan paling awal berdiri yang sebelumnya berfungsi sebagai hotel. Diantara jajaran gedung kantor pusat yang ada, bangunan tersebut masih mempertahankan keasliannya. Salah satu ciri khasnya adalah kontruksinya yang terbuat dari beton, pintu dan jendela yang masih menggunakan besi baja. Belum lagi terdapat bungker berkedalaman 7 meter yang dulu digunakan sebagai gudang dan tempat perlindungan perang. Kini bangunan cagar budaya ini difungsikan sebagai ruang kerja bagi para direksi PT KAI.
Di area kantor pusat PT KAI ini tak hanya berdiri bangunan bersejarah perusahaan kereta api, tapi ada dua buah monumen yang dipamerkan dihalaman gedung yaitu monumen DKARI yang mencantumkan nama-nama karyawan DKARI yang berjuang mempertahankan kemerdekaan dan monumen lokomotif uap "Si Tedi". Tedi yang diambil dari seri kereta TD 1002 ini merupakan lokomotif tua yang diproduksi tahun 1926 dan terakhir digunakan pada tahun 1970. Lokomotif ini resmi dipajang pada hari peringatan HUT ke-64 kereta api 28 september 2009. Lokomotif pabrikan Weerkspoor Belanda ini dulunya berfungsi sebagai loko barang yang mengangkut hasil bumi berupa pangan dari Rengasdengklok, Karawang dan CIkampek. Tedi berkecepatan 15 km/jam pun pernah menjadi gerbong penumpang untuk rute Rengasdengklok-Karawang-Wadas-Cikampek-Cimalaya.
Sumber : Pikiran Rakyat, minggu 30 september 2012
Foto : PT KAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar