9 Oktober 2012

Kilometer Nol Bandung

"Zorg, dat als ik terug kom hier een stad in gebouwd (Usahan, jika aku kembali ke sini, didaerah ini telah dibangun sebuah kota)" Herman Willem Daendels, 1810

Sembari menancapkan tongkat kayu, titah itu terucap dari mulut Gubernur Jendral Hindia Belanda Herman Willem Daendels kepada Bupati Bandung RA Wiranatakusumah II. Seusai peresmian jembatan Cikapundung pada 25 Mei 1810, Daendels memerintahkan pembangunan kota disekitar tertancapnya tongkat disisi De Grote Postweg.


Ide pemindahan ibu kota kabupaten Bandung sebenarnya sudah lama disiapkan oleh Wiranatakusumah II dengan pertimbangan religi tradisional, ia membangun pusat pemerintahan pada lahan kosong tepi barat Sungai Cikapundung tak jauh dari tongkat tersebut. Pembangunan tersebut dipimpin langsung olehnya dengan pertama kali membangun alun-alun sebagai orientasi kota tradisional, bangunan pusat pemerintahan (pendopo), masjid agung dan pasar tradisional. Pada tanggal 25 September 1810, Kabupaten Bandung dipindahkan dari Karapyak (Dayeuhkolot) ke daerah yang kini disebut alun-alun. Disanalah kota Bandung terbentuk dan ramai dikunjungi. Wiranatakusumah II dijuluki sebagai The Founding Father of  Bandung.

Pada pertengahan abad ke-19, hasil perkebunan Priangan meningkat dan menjadi magnet bagi pendatang luar kota untuk berdagang dan bermalam. Pada tahun 1906 Kabupaten Bandung berubah menjadi Kotamadya Bandung. Tanggal kepindahan ibu kota kabupaten kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Bandung.

Kilometer Nol yang menjadi patokan pengiriman tarif pos kini diabadikan menjadi monumen yang terletak di depan kantor Provinsi Dinas Bina Marga Jawa Barat Jl. Asia Afrika no. 79 Bandung. Tulisan "CLN 18" pada tugu menunjukkan bahwa kota/daerah terdekat ke arah timur adalah Cileunyi, dengan jarak 18 Kilometer. Sedangkan "PDL 18" menunjukkan bahwa kota/daerah terdekat ke arah barat adalah Padalarang dengan jarak 18 Kilometer. Monumen kilometer Nol diresmikan pada 18 Mei 2004 oleh Gubernur Jawa Barat H. Danny Setiawan

SUmber : Pikiran Rakyat 23 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar