20 Juni 2014

Sentra industri rajutan Binongjati

Bandung dikenal sebagai salah satu kota fashion dan penghasil produk baju berkualitas. Disaat banyak kegiatan ekonomi terkapar saat terjadi krisis moneter pada tahun 1998, Sentra Industri Rajutan Binongjati justru berkembang. Hal tersebut disebabkan banyaknya PHK dan banyaknya penduduk yang beralih usahanya ke rajutan.

Sentra rajutan Binongjati
Sejak tahun 1960-an, penduduk Binongjati sudah akrab dengan rajutan. Para ibu kerap mengisi waktu luang dengan merajut tatkala menunggu suamibpulang bekerja. Banyak diantaranya juga menerima makloon dari para pengusaha rajutan skala kecil yang berada di sekitar perempatan Binong. Kala itu, peralatan yang digunakan masih sederhana. Berat mesin rajut hanya 1 kg dengan panjang 60 cm dan itupun pinjaman dari pemilik modal. Tahun 1984, para pengrajin mulai membuka usaha sendiri dengan membeli mesin rajut beserta bahan baku.

Hingga tahun 2012 jumlah pengrajin mencapai 300 orang. Mesin yang digunakan semakin modern diantaranya mesin rajut jenis gauge dan mesin linking. Setiap hari pengusaha Binongjati memproduksi lima lusin rajutan dengan rata-rata penjualan Rp. 250.000/lusin. Sedangkan kapasitas produksi secara keseluruhan mencapai 18000 rajutan/hari. Kebanyakan produk yang dihasilkan meliputi kaos, pakaian wanita, sweater dan topi.

Sentra Industri Rajutan Binongjati terletak sekitar 600 meter dari Trans Studio Mall (TSM) Bandung. Penandanya gapura sederhana berarna biru yang dibangun warga tahun 2003, kawasan tersebut seperti permukiman pada umumnya.

Meski kawasan ini sudah di resmikan sebagai sentra industri sejak 2007 namun para pengrajin kerap mengeluhkan infrastruktur yang kurang memadai. Akses masuk dari jalan Gatot Subroto maupun jalan Ibrahim Adjie ( Kiaracondong) dinilai terlalu sempit sehingga menyulitkan rombongan pengunjung yang biasanya menggunakan bus untuk masuk ke lokasi. Selain itu pengrajin tidak banyak yang membuka toko sehingga Sentra industri rajutan Binongjati kurang menarik sebagai kawasan belanja.

Pemerintah Kota Bandung dan para pengrajin harus bersinergi untuk bisa memajukan salah satu potensi industri potensial ini, jangan sampai kawasan tersebut mati dan membuat penduduknya kehilangan mata pencaharian.

Jalur angkutan kota (angkot) yang melewati : Abdul Muis - Cicaheum, dan Elang - Cicadas ( via Binong)

1 komentar:

  1. terimakasih informasinya, tapi emang sampai sekarang belum ada bantuan pemerintah ya buat pengrajin? terus selama ini penjualan via apa aja ya?

    BalasHapus