Ex Undis Sol (sumber : kitlv) |
Namuidak ada keterangan apakah pembuatan lambang tersebut dengan membentuk panitia atau sayembara, atau walikota saat itu tuan B. Coops menggunakan para ahli untuk menentukan bentuk, tema dan moto dari lambang kota. Yang pasti saat itu belum lahir Undang-undang yang mengatur pembuatan lambang kota, jadi mohon maaf tidak akan panjang lebar membahas pembuatannya karena 'miss-leuk'.
Menurut "Almanak voor Bandoeng 1941" dari Holland Handelsvereenigng Bandoeng, ciri-ciri lambang tersebut diungkapkan sebagai berikut :
1. Perisai bentuknya mendekati persegi menyerupai saku baju. Balok lintang terletak miring dari sudut kiri atas ke sudut kanan bawah, melukiskan letak topografi kota Bandung yang melandai dari arah utara ke selatan.
2. Silhuet Gunung Tangkubanperahu tidak dicantumkan pada lambang gemeente bandung.
3. Diatas perisai diletakkan mahkota yang menunjukkan bahwa kota Bandung berada dibawah naungan (jajahan) Kerajaan Belanda.
4. Dua ekor singa betina dari sirkus Nederland berdiri berhadapan mengapit perisai. Mungkin karena Kerajaan Belanda selalu diperintah "Singa Betina" (ratu)
5. Sehelai pita menggulung di ujung, menghiasi bawah perisai mencantumka motto bahasa latin "EX UNDIS SOL". Dalam bahasa Belanda "Uit de Golven de Zon" yang berarti "Mentari muncul di atas gelombang",
Kenapa jadi aneh begini, apa hubungannya 'Mentari muncul diatas gelombang' dengan kisah pasang surut Danau Bandung? Sebenarnya yang ingin diungkapkan dalam motto tersebut ialah "Lahan kokoh muncul dari gelombang". Adapun arti dari setiap kata dalam logo tersebut ialah "Lahan kokoh" atau "tanah padat" dalam bahasa latin adalah "SOLUM", sedangkan "muncul" atau "berasal" adalah "EX", kalau "gelombang" diterjemahkan "UNDIS" jadi seharusnya "EX UNDIS SOLUM" bukan "EX UNDIS SOL" mungkin pada saat itu pembuatnya lupa membuka kamus karena dipinjam dan belum balik lagi sehingga dibikin sejadi-jadinya tanpa konsultasi dulu pada ahlinya. Bisa dibayangkan selama 1906 - 1952 Kota Bandung memiliki dan menggunakan motto yang keliru. Kesalahan ini pernah dikoreksi oleh Prof. Dr. E.C. Godee Molsbergen pengelola arsip negara di Batavia lewat suratnya kepada walikota Bandung, namun tidak ditanggapi sehingga tetap dipakai. Kalau membaca kalimat ini asa jaman ayeuna .. he....hee
Ternyata gambar bisa membuat semuanya berubah dan bisa mewakili seribu kata, syukurlah Indonesia telah merdeka sehingga logo yang salah tersebut diganti dengan logo yang lebih relevan sesuai letak geografis kota Bandung yang dilingkung ku gunung dan pernah menjadi Danau Purba. Sesuai dengan mottonya "Gemah Ripah Wibawa Mukti"' yang artinya dalam bahasa Indonesia "Tanah Subur Rakyat Makmur". Pembuatan gambar atau simbol tidak sekedar hanya digambar tanpa arti dan makna, sangat disayangkan apabila kreatifitas tersebut diapresiasikan pada media yang salah dan menjadi contoh yang tidak baik. Semoga kita bisa belajar dan berkarya sehingga dapat berdaya guna.
Sumber : Wajah Bandoeng Tempo Doeloe : Haryoto Kunto, Pikiran Rakyat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar